Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (Pakem Atau Paikem)
Monday, October 14, 2019
Edit
Secara umum istilah mencar ilmu dimaknai sebagai suatu acara yang menimbulkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran sanggup dimaknai sebagai suatu acara yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laris penerima didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran ialah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana mencar ilmu itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses mencar ilmu yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu mempunyai dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran ialah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana mencar ilmu itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses mencar ilmu yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu mempunyai dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Sedangkan berdasarkan Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran ialah suatu perjuangan yang sengaja melibatkan dan memakai pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs (1979:3). mengartikan instruction atau pembelajaran ini ialah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses mencar ilmu siswa, yang berisi serangkaian kejadian yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses mencar ilmu siswa yang bersifat internal. Sedanghkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pembelajaran ialah proses interaksi penerima didik dengan pendidik dan sumber mencar ilmu pada suatu lingkungan belajar.
==========================================
==========================================
Berangkat dari pengertian tersebut, maka sanggup dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan kekerabatan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan penerima didik, dimana penekanannya ialah pada proses pembelajaran oleh penerima didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep mirip ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan penerima didik sehingga proses yang terjadi sanggup menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sanggup dicapai oleh penerima didik.
Keaktifan penerima didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik penerima didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan penerima didik tidak belajar, lantaran penerima didik tidak mencicipi perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).
Pembelajaran pada hakekatnya ialah proses interaksi antara penerima didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan sikap kearah yang lebih baik. Dan kiprah guru ialah mengkoordinasikan lingkungan semoga menunjang terjadinya perubahan sikap bagi penerima didik. Pembelajaran juga sanggup diartikan sebagai perjuangan sadar pendidik untuk membantu penerima didik semoga mereka sanggup mencar ilmu sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan akomodasi dan membuat situasi yang mendukung peningkatan kemampuan mencar ilmu penerima didik.Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia menyerupai jantung dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil mencar ilmu yang baik pula. Demikian pula sebaliknya.
Hasil mencar ilmu pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum bisa menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh lantaran itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Pembelajaran yang ketika ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air ialah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian lantaran pembelajaran ini dirancang semoga mengaktifkan anak, berbagi kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Apa itu PAKEM atau PAIKEM? PAKEM ialah kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau PAIKEM dari Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus membuat suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya mendapatkan kucuran ceramah guru ihwal pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang bisa menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan semoga guru membuat acara mencar ilmu yang bermacam-macam sehingga memenuhi aneka macam tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan ialah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada mencar ilmu sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jikalau proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa sehabis proses pembelajaran berlangsung, lantaran pembelajaran mempunyai sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya mirip bermain biasa.
Secara garis besar, PAKEM sanggup digambarkan sebagai berikut:
· Siswa terlibat dalam aneka macam acara yang berbagi pemahaman dan kemampuan mereka dengan penitikberatan pada mencar ilmu melalui berbuat.
· Guru memakai aneka macam alat bantu dan aneka macam cara dalam membangkitkan semangat, termasuk memakai lingkungan sebagai sumber mencar ilmu untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
· Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan materi mencar ilmu yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
· Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara mencar ilmu kelompok.
· Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam membuat lingkungan sekolahnya.
2. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan aneka macam acara yang terjadi selama KBM. Pada ketika yang sama, citra tersebut memperlihatkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk membuat keadaan tersebut. Berikut ialah tabel beberapa pola acara KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.
Guru merencang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran | Guru melaksanakan KBM dengan acara yang beragam, misalnya: · Percobaan · Diskusi kelompok · Memecahkan masalah · Mencari informasi · Menulis laporan/puisi/cerita · Berkunjung keluar kelas |
Guru memakai alat bantu dan sumber mencar ilmu yang beragam | Sesuai mata pelajaran guru memakai misalnya: · Alat yang tersedia/dibuat sendiri · Gambar · Studi Kasus · Nara Sumber · Lingkungan |
Guru memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk berbagi keterampilan | Siswa: · Melakukan percobaan, pengamatan atau wawancara · Mengumpulkan data atau tanggapan dan mengolahnya sendiri · Menarik kesimpulan · Memecahkan problem atau mencari rumus sendiri · Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri |
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan secara verbal atau tulisan | Melalui: · Diskusi · Lebih banyak pertanyaan terbuka · Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri |
Guru menyesuaikan materi dan acara mencar ilmu dengan kemampuan siswa | · Siswa dikelompok sesuai dengan kemampuan (untuk tugas/kegiatan tertentu) · Bahan mencar ilmu diubahsuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut · Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan |
Guru mengkaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari | · Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalaman sendiri · Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam acara sehari-hari |
Menilai KBM dan kemajuan siswa secara terus menerus | ü Guru memantau kerja siswa ü Guru memperlihatkan umpan balik |
3. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM, PAIKEM
Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
a) Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak mempunyai sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal terlahir mempunyai kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak lantaran hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melaksanakan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur mirip yang dimaksud
b) Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan mempunyai kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam acara pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan acara yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang mempunyai kemampuan lebih sanggup dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita sanggup membantunya bila menerima kesulitan sehingga anak tersebut mencar ilmu secara optimal.
c) Memanfaatkan sikap anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak semenjak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini sanggup dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melaksanakan kiprah atau membahas sesuatu, anak sanggup bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menuntaskan kiprah dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk mirip ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menuntaskan kiprah secara perorangan semoga talenta individunya berkembang.
d) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini ialah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak semenjak lahir. Oleh lantaran itu, kiprah guru ialah mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memperlihatkan kiprah atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jikalau …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
e) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan mencar ilmu yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas mirip itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diperlukan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan wangsit bagi siswa lain. Yang dipajangkan sanggup berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan sanggup berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, sanggup membantu guru dalam KBM lantaran sanggup dijadikan referensi ketika membahas suatu masalah.
f) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk materi mencar ilmu anak. Lingkungan sanggup ber-peran sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber mencar ilmu sering membuat anak merasa bahagia dalam belajar. Belajar dengan memakai lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan sanggup dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan sanggup berbagi sejumlah keterampilan mirip mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
g) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan acara belajar
Mutu hasil mencar ilmu akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memperlihatkan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan semoga siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas mencar ilmu selanjutnya. Guru harus konsisten menyidik hasil pekerjaan siswa dan memperlihatkan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
h) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jikalau dingklik dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang gotong royong dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan gejala aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental ialah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jikalau salah. Oleh lantaran itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang tiba dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM.’
Ingin mencoba membaca artikel yang lain silahkan baca!
================================================