Pengeluaran Aktiva Tetap (Expenditure) | Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap
Monday, October 14, 2019
Edit
Pengeluaran Aktiva Tetap | Expenditure
Pengeluaran Aktiva Ekspenditure
Dalam perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, ada fase penggunaan aktiva tetap (utilization). Setelah fase perolehan aset tetap.
Pada fase penggunaan aktiva tetap ini, aktiva tetap diharapkan menghasilkan output dan menawarkan hasil kembali atas semua biaya yang pernah dikeluarkan pada ketika masa perolehannya. Intinya: membeli aktiva harus menghasilkan.
Untuk mendapat hasil. Aktiva harus dijalankan. Dimanfaatkan. Atau dioperasikan.
Untuk menjalankan aktivanya: perlu biaya. Biaya apa?
Mobil perlu bensin. Kadang harus masuk bengkel. Kadang harus turun mesin.
Gudang perlu biaya. Untuk perawatan. Ataupun perluasan.
Semua aktiva tetap. pada fase pemanfaatan: butuh biaya. Agar bisa dioperasikan. Agar mendapat output yang diinginkan.
Uang yang dibayar ini. Oleh akuntansi disebut dengan: Biaya/Beban (expenses) dan harga pokok (Cost)
Saat aset dijalankan. Ada dua kemungkinan:
- Adanya pengeluaran (expenditure) untuk perbaikan maupun untuk pemeliharaan aset tetap (maintenance)
- Adanya penurunan fungsi. Berkurangnya umur ekonomis. Akuntansi menyebutnya sebagai penyusutan (depreciation)
Silahkan baca disini: Penyusutan
Perlakuan Akuntansi Pengeluaran Aktiva Tetap | Expenditure
Akibat dari penggunaan aktiva tetap yaitu adanya beberapa pengeluaran pengeluaran yang harus dibayar.
Pertanyaannya..
Apakah pengeluaran pengeluaran atas penggunaan aktiva tersebut DIBEBANKAN pada periode berjalan atau DIKAPITALISASI ?
Pertanyaannya..
Apakah pengeluaran pengeluaran atas penggunaan aktiva tersebut DIBEBANKAN pada periode berjalan atau DIKAPITALISASI ?
Mari perhatikan.
Ada beberapa kegiatan yang biasa terjadi pada ketika aktiva digunakan.
Contoh: pemeliharaan, perbaikan, pergantian komponen, upgrading, turun mesin (over haul) yang semuaya memerlukan biaya.
# Pemeliharaan | Maintenance
Pemeliharaan atau maintenance adalah tindakan yang bertujuan hanya untuk menciptakan aktiva bisa berfungsi normal menyerupai biasanya.Segala bentuk pengeluaran sebaiknya dijadikan biaya atau di-BEBAN-kan diperiode pada ketika biaya maintenance tersebut di keluarkan.
Apakah biaya pemeliharaan boleh dikapitalisasi ?
Ok, yang ini dijawab nanti saja :)
Contoh Kasus Biaya Maintenance :
Untuk menawarkan oli pada mesin produksinya menyerupai biasanya, PT ABC mengeluarkan uang sebesar Rp 400.000 serta membersihkan mesinnya.
Pada masalah tersebut, transaksi sudah sangat jelas, bahwa PT ABC mengeluarkan cash untuk menjaga semoga mesin produksinya bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Pengeluaran atas biaya maintenance ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Debit | | | Office Maintenance | 400.000 | |
Kredit | | | Cash | 400.000 |
# Perbaikan Aktiva Tetap | Repair
Perbaikan (repair) yaitu tindakan terhadap aktiva tetap dimana kegiatan ini lebih besar daripada pemeliharaan (maintenance).Apabila aktiva tersebut bisa berfungsi secara maksimal kalau dilakukan tindakan perbaikan (repair) terlebih dahulu.
Seperti ada bab atau komponen pada aktiva yang menurun fungsinya TETAPI masih belum dibutuhkan pergantian menyeluruh atas aktiva tersebut.
Contoh Kasus :
Dari masalah PT ABC diatas, ketika teknisi mulai akan memasukkan atau mengganti oli akan tetapi diketahui komponen susukan oli mesinnya diketahui bocor terkena korosi sehingga oli mesin tak bisa bekerja dengan semestinya.
Untuk itu PT ABC harus mengeluarkan biaya pelengkap untuk mengelas bab mesin tersebut sebesar Rp 600.000,-
Dari pola masalah di atas, kita sanggup melihat bahwa tindakan ini bukan hanya sekedar acara melaksanakan pemeliharaan (maintenance) melainkan sudah terjadi acara perbaikan (repairs) pada aktiva tetap mesin yang dimiliki PT ABC.
Maka, PT ABC harus melaksanakan pencatatan sebagai berikut :
Debit | | | Akumulasi Penyusutan Mesin | 600.000 | ||
Debit | | | Office Maintenance | 400.000 | ||
Kredit | | | Cash | 1.000.000 |
Sabar, tunggu dulu dijawab nanti saja :)
# Pergantian Komponen Aset
Penggantian komponen aktiva tetap, sudah terperinci maksudnya, kegiatan mengganti satu atau beberapa komponen dari aktiva tetapContoh Kasus :
Ditemukan bahwa wiper beling kendaraan beroda empat rusak dan ban kendaraan beroda empat operasional pecah, wiper tidak bisa digunakan lagi sedangkan ban pecah.
Maka PT ABC perlu melaksanakan penggantian terhadap komponen yang sudah tidak berfungsi tersebut secara terpisah.
Dari nota pembelian. tertera harga ban Rp 1.475.000,- dan harga wiper beling kendaraan beroda empat yaitu 70.000,-
Atas transaksi tersebut, dilakukan pencatatan sebagai berikut :
Debit | | | Maintenance | 70.000 | ||
Debit | | | Akumulasi Penyusutan Mobil | 1.475.000 | ||
Kredit | | | Cash | 1.545.000 |
Mengapa tidak dikapitalisasi semua ?
Mengapa hanya ban kendaraan beroda empat yang dikapitalisasi ?
Ok, mohon sabar lagi ya, nanti dulu dijawabnya :)
# Pengangkatan Kapasitas
Perusahaan yang sedang bertumbuh dan berkembang, biasanya jumlah produksinya juga meningkat.Akibatnya, perusahaan mau tak mau melaksanakan peningkatan kapasitas (upgrade) terhadap aset tetap yang digunakan, apakah itu gudang, mesin, tanah atau apapun itu sumber daya yang menghasilkan terhadap pertumbuhan perusahaan.
Jika terjadi upgrading terhadap aktiva tetap, hal ini akan menjadikan pengeluaran pengeluaran yang cukup bernilai material bagi perusahaan.
Contoh Kasus Peningkatan Kapasitas (Up-grading)
PT Bianglala, yang bergerak dalam perjuangan pakan ternak, simpulan jawaban ini mengalami seruan pesanan, omzet terus bertambah.
Untuk itu PT Bianglala tetapkan untuk menambah kapasitas mesin Boiler yang dimiliki ketika ini.
Pemanas boiler ini memakai materi bakar kayu dan ingin di ubah menjadi materi bakar kerikil bara semoga kinerja boiler meningkat.
Dalam peningkatan kapasitas tersebut, PT Bianglala mengeluarkan kas dengan rincian sebagai berikut :
Pembelian Besi | 17.000.000 |
Biaya Pasang Teknisi | 7.000.000 |
Penadah Batu Bara | 6.000.000 |
Biaya Lain Lain | 2.000.000 |
Transaksi tersebut dicatat :
Debit | | | Mesin | 32.000.000 | |
Kredit | | | Cash | 32.000.000 |
# Turun Mesin | Overhaul
Turun mesin (overhaul) akan dialami oleh aset tetap tipe mesin atau aktivitasnya memakai mesin.Contohnya: Mobil, Mesin produksi, kendaraan beroda empat atau kendaraan lainnya dan peralatan yang berafiliasi dengan produksi.
Aktiva mengalami turun mesin kalau untuk bisa menciptakan suatu aset berfungsi dengan baik dibutuhkan pembongkaran hampir menyeluruh pada komponen utama dari aktiva tetap tersebut, kemudian dilakukan pemasangan kembali.
Pada ketika aktiva dalam proses turun mesin, terjadi juga proses pergantian komponen, pemeliharaan, juga perbaikan pada aset mesin tersebut.
Aktivitas over haul umumnya terjadi ketika mesin menurun output-nya secara signfikan alasannya yaitu penggunaan yang sering.
Tindakan over haul akan memperpanjang umur keekonomian mesin tersebut.
Maka pengeluaran yang timbul sebaiknya dikapitalisasi dengan mendebit rekening akumulasi penyusutan sebesar pengeluaran turun mesin tersebut.
Contoh Kasus Turun Mesin
PT ABC Melakukan Turun Mesin pada salah satu mesin produksinya.
Mesin yang di beli 9 tahun kemudian diperoleh dengan harga Rp 50.000.000.
Saat itu, mesin tersebut diestimasi mempunyai life time selama 10 tahun dengan memakai metode penyusutan garis lurus.
Setelah dilakukan turun mesin tersebut, mesin tersebut diperkirakan akan bisa produktif sampai 5 tahun kedepan.
Perusahaan menghabiskan dana sampai Rp. 8.000.000 untuk turun mesin tersebut
Maka dilakukan pencatatan sebagai berikut :
Debit | | | Akumulasi Penyusutan | 8.000.000 | |||
Kredit | | | Cash | 8.000.000 |
Notes :
Jurnal diatas untuk mengkapitalisasi pengeluaran atas turun mesin sebesar Rp 8.000.000
Masalah berikutnya :
- Berapa akumulasi penyusutan sehabis turun mesin?
- Berapa besarnya Nilai Buku mesin sehabis turun mesin?
- Berapa biaya penyusutan yang akan dibebankan pada tahun ke 9 ?
- Berapa Nilau Buku Tutup Tahun ke 9 nanti ?
Sebelum Turun Mesin | ||
Harga Perolehan | 50.000.000 | |
Umur Ekonomis | 10 Tahun | |
Biaya Penyusutan Per Tahun | 5.000.000 | |
Akumulasi Penyusutan Tahun ke 9 | 45.000.000 | |
Nilai Tutup Buku Tahun ke 9 | 5.000.000 |
Setelah Turun Mesin | ||
Akumulasi Penyusutan | 37.000.000 | |
Nilai Buku | 13.000.000 | |
Tambahan Umur Ekonomis | 5 Tahun | |
Penyusutan Tahun ke 10 | 2.600.000 | |
Akumulasi Penyusutan Tahun ke 10 | 2.600.000 | |
Nilai Tutup Buku Tahun ke 10 | 10.400.000 |
Keterangan | |||
Akumulasi Penyusutan | 45.000.000 | - | 8.000.000 |
Nilai Buku | 50.000.000 | - | 37.000.000 |
Penyusutan Tahun ke 10 | 13.000.000 | : | 5 |
Akumulasi Penyusutan Tahun ke 10 | 2.600.000 | x | 1 |
Nilai Tutup Buku Tahun ke 10 | 13.000.000 | - | 2.600.000 |
Dari sana kita lihat.
Setelah pengeluaran atas turun mesin di kapitalisasi sebesar Rp 8.000.000 dengan cara mendebit rekening Akumulasi penyusutan sebesar Rp 8.000.000
Maka Akumulasi Penyusutan berkurang sebesar Rp 8.000.000 sehingga Akumulasi Penyusutan sehabis turun mesin yaitu :
Rp 45.000.000 - Rp 8.000.000 = Rp 37.000.000
Nilai Buku menjadi
Rp 50.000.000 - 37.000.000 = Rp 13.000.000
Penyusutan yang dibebankan pada tahun ke-10 yaitu sebesar :
Rp 13.000.000 : 5 Tahun = 2.600.000
5 Tahun yaitu umur irit sehabis turun mesin, selama 5 tahun ke depan mesin tersebut sanggup beroperasi
Nilai Buku tutup tahun ke-8 ini pun menjadi bisa kita hitung, yaitu :
Rp 13.000.000 – Rp 2.600.000 = 10.400.000
Beberapa Hal yang Perlu Dipertimbangkan
Diatas tadi pada pola kasus, beli ban dikapitalisasi, sedangkan beli wiper kendaraan beroda empat kok tidak dikapitalisasi ?Wiper kendaraan beroda empat harganya cuma 70 ribu.
Mau dikapitalisasi kok nilainya kecil amat, tidak kuat signifikan terhadap nilai keuntungan kalau pribadi dibebankan.
Ok, berikut ini yang perlu diperhatikan,
Apakah pengeluaran aktiva tetap (expenditure) itu sebaiknya dikapitalisasi atau dibebankan pada periode tersebut ?
1. Tingkat Keseringan
Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin, sebaiknya pengeluaran tersebut dijadikan biaya saja pada ketika periode terjadinya pengeluaran atas aktiva tersebut.
2. Materialitas
Apabila suatu pengeluaran dirasa cukup material, hendaknya pengeluaran tersebut dikapitalisasi, sedangkan bila tidak, berarti di bebankan.
Cara mengetahui material tidaknya dengan membandingkan pengeluaran yang terjadi dengan harga perolehan aset tetapnya.
Tingkat materialitas dari toko bangunan tentu berbeda dengan perusahaan tambang.
5 juta mungkin nilai yang material bagi toko bangunan. tapi bisa jadi recehan bagi perusahaan tambang !
3. Lama Manfaat
Jika pengeluaran terhadap aktiva tetap tersebut diprediksi akan menawarkan manfaat yang usang atau lebih dari satu tahun buku.
Maka sebaiknya pengeluaran atas aktiva tersebut hendaknya di kapitalisasi,
Dan kalau kurang dari satu buku, hendaknya tidak.
Tapi sangkut pautkan juga dengan materialitasnya.
4. Pengaruhnya terhadap Lama Manfaat atau Kapasitas Aktiva Tetap
Apabila pengeluaran atas aktiva tetap tersebut di perkirakan memperpanjang umur atau meningkatkan kapasitas aktiva, hendaknya di kapitalisasi.
Dan demikian sebaliknya. Bagaimana ?
Sudah ada citra ? Ceritakan pendapatmu dikolom komentar. Terima kasih