Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas: Ppkn / Pkn Smp
Monday, October 14, 2019
Edit
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas seorang guru dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa tidaklah mudah. Guru harus mempunyai kompetensi yang sanggup menunjang tugasnya supaya tujuan pendidikan sanggup dicapai. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan pelaksanaan kiprah profesinya ialah kemampuan membuatkan model pembelajaran.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
6. Menentukan Alokasi Waktu
F. Mencantumkan Sumber Belajar
Dalam membuatkan model pembelajaran seorang guru harus sanggup menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi siswa, materi pelajaran, dan sarana yang ada. Oleh alasannya itu, guru harus menguasai beberapa jenis model pembelajaran supaya proses berguru mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai sanggup terwujud.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, khususnya dalam pembelajaran PKn di daerah-daerah yang sumber daya manusianya masih kurang, guru mengalami kesulitan dalam membuatkan model pembelajaran Cooperatif Learning. Ini pun terjadi di SMPN 1 Cadasari pada kelas VIII A dari jumlah siswa 36 orang yang mengikuti post tes pada materi/bahan latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara dengan model pembelajaran Cooperatif Learning, hanya 17 orang yang sanggup dinyatakan lulus (47,22%) dan sisanya sekitar 19 orang dinyatakan belum lulus (52,78%). (Data selangkapnya sanggup dilihat pada tabel di lampiran).
Data tersebut memperlihatkan bahwa hasil berguru PKn pada kelas VIIIA dalam materi Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara sanggup dinyatakan belum tuntas. Ketidaktuntasan tersebut terlihat dari bukti prosentase kelulusan seluruh siswa hanya mencapai 47,22%. Prosentase tersebut jauh dari prosentase ideal antara 80% - 100%. Bahkan prosentase kelulusan tersebut ternyata lebih kecil daripada prosentase ketidaklulusan. Oleh alasannya itu, untuk perkara tersebut perlu diadakan remedial klasikal. Proses remedial klasikal dalam perkara ini penulis lakukan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
Dalam rangka meningkatan prosentase kelulusan atau hasil berguru siswa kelas VIIIA tersebut, tentunya guru dituntut merancang model pembelajaran yang lebih sempurna serta penerapan media pembelajaran yang variatif. Berdasarkan kenyataan itulah penulis (guru) mencoba mengadakan PTK melalui penerapan stimulus “membuat karangan” dan “menggambar” serta game berbasis ICT dengan model pembelajaran questioning terhadap peningkatan hasil berguru siswa dalam mata pelajaran PKn khususnya dalam materi latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara.
============================================
============================================
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil pembelajaran materi latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negar dalam mata pelajaran PKn pada Kelas VIII A SMPN 1 Cadasari dengan model pembelajaran Cooperatif Learning masih kurang memuaskan.
2. Terdapat banyak faktor yang mengakibatkan hasil berguru kurang optimal. Salah satu penyebabnya yaitu ketidaktepataan penggunaan model Cooperatif Learning dalam pembelajaran materi latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara pada kelas VIIIA SMPN 1 Cadasari.
3. Perlu adanya model pembelajaran lain yang digunakan untuk peningkatan hasil belajaran PKn dalam materi latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara di kelas VIII A SMPN 1 Cadasari, yang salah satunya yaitu penerapan stimulus “membuat karangan” dan “menggambar” serta game berbasis ICT dengan model pembelajaran questioning.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan persoalan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
“Bagaimana efektivitas upaya penerapan stimulus ‘membuat karangan’ dan ‘menggambar’ serta game berbasis ICT dengan model pembelajaran questioning terhadap peningkatan hasil berguru siswa dalam mata pelajaran PKn khususnya dalam materi latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara pada siswa kelas VIII A SMPN 1 Cadasari”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
(1) untuk mengetahui penerapan stimulus “membuat karangan” dan “menggambar” serta game berbasis ICT dengan model pembelajaran questioning dalam mata pelajaran PKn khususnya dalam materi latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara; dan
(2) untuk mengetahui efektivitas upaya penerapan stimulus “membuat karangan” dan “menggambar” serta game berbasis ICT dengan model pembelajaran questioning terhadap peningkatan hasil berguru siswa dalam mata pelajaran PKn khususnya dalam materi latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
(1) Sebagai materi pertimbangan atau masukan bagi penulis dalam penyusunan seni manajemen (penerapan metode, model dan langkah-langkah) pembelajaran PKn selanjutnya;
(2) Diharapkan sanggup dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas Pendidikan dan Departemen Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; dan
(3) Semoga sanggup memperlihatkan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru PKn di lapangan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
Bab II Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan, berisi ulasan singkat berdasarkan teori yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan pengajuan hipotesis tindakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian.
Bab III Metode Penelitian, berisi setting penelitian, persiapan penelitian, siklus penelitian,teknik pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian, berisi data lapangan dan hasil analisis yang diperoleh pada tiap siklus penelitian
Bab V Simpulan dan Saran.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Hakekat Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Pembicaraan wacana pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat korelasi keduanya sanggup dipahami bahwa pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi) kurikulum. Dengan kata lain pembelajaran merupakan kurikulum dalam kenyataan implementasinya.
Munandir (2000:255) memperlihatkan batasan mengenai pembelajaran sebagai berikut: “Pembelajaran ialah hal membelajarkan, yang artinya mengacu ke segala daya upaya bagaimana menciptakan seseorang belajar, bagaimana menghasilkan insiden berguru di dalam diri orang tersebut”.
Selanjuntnya Gagne dalam Munandir (2000:256) menjelaskan bahwa:
“Pembelajaran tersusun atas seperangkat insiden (event) yang ada di luar diri si belajar, diatur untuk maksud mendukung proses berguru yang terjadi dalam diri si berguru tadi. Peristiwa-peristiwa pembelajaran itu adalah: (1) menarik (membangkitkan) perhatian, (ii) memberitahukan tujuan belajar, (iii) mengingat kembali hasil berguru prasyarat (apa yang dipelajari), (iv) menyajikan stimulus, (v) memperlihatkan bimbingan belajar, (vi) memunculkan perbuatan (kinerja) belajar, (vii) memperlihatkan balikan (feedback), (viii) menilai kinerja belajar, dan meningkatkan retensi dan transfer.”
Berdasarkan hal tersebut, terkandung pengertian bahwa pembelajaran merupakan proses yang direncanakan untuk mendukung proses berguru yang sedang dilakukan oleh seseorang. Kegiatan insan selalu diwarnai proses belajar, supaya proses berguru tersebut lebih terarah dan bermakna perlu ada kegiatan pembelajaran. Selanjutnya Depdiknas (2002:9) memperlihatkan definisi pembelajaran sebagai berikut:
“Pembelajaran yaitu suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis supaya subyek didik/pembelajar sanggup mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, kalau pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, seni manajemen dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, penilaian pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya kalau pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka menciptakan siswa belajar.”
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran yaitu suatu sistem atau proses yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka menghasilkan terjadinya insiden berguru pada diri siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
2) Perencanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, langkah awal yang dilakukan guru yaitu menyusun perencanaan pembelajaran secara tertulis yang dituangkan dalam silabus dan planning pelaksanaan pembelajaran. Silabus pada hakekatnya yaitu planning pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam buku Panduan Penyusunan KTSP BNSP (2006:14), sebagai berikut:
Silabus yaitu planning pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Berdasarkan uraian di atas komponen silabus harus memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Dalam menyusun silabus guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus. BNSP (2006:10-11) telah memutuskan penyusunan silabus, yakni:
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan sanggup dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling bekerjasama secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Adanya korelasi yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan insiden yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus sanggup mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8) Menyeluruh
Komponen silabus meliputi keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
Adapun langkah-langkah pengembangan atau penyusunan silabus, adalah:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI;
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a. Potensi peserta didik;
b. Relevansi dengan karakteristik daerah,
c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d. Kebermanfaatan bagi peserta didik;
e. Struktur keilmuan;
f. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h. Alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memperlihatkan pengalaman berguru yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber berguru lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman berguru yang dimaksud sanggup terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman berguru memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuatkan kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memperlihatkan derma kepada para pendidik, khususnya guru, supaya sanggup melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
b Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman berguru siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan sikap yang sanggup diukur yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi kawasan dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau sanggup diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
5. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan memakai tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data wacana proses dan hasil berguru peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian memakai pola kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik sehabis mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk memilih posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan yaitu sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk memilih kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk memilih tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, acara remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan acara pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus diubahsuaikan dengan pengalaman berguru yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, kalau pembelajaran memakai pendekatan kiprah observasi lapangan maka penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) contohnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melaksanakan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah ahad efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per ahad dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan asumsi waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber berguru yaitu rujukan, objek dan/atau materi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber berguru didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Berikut contoh format pengembangan silbaus:
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/semester :
Standar Kompetensi :
Alokasi Waktu :
Kompetensi Dasar
Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Bentuk Instrumen
Selain menciptakan silabus guru wajib menciptakan Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP). RPP pada hakikatnya yaitu proyeksi wacana apa yang harus dilakukan guru pada waktu melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ini berarti RPP merupakan planning perbuatan atau tingkah laris guru pada waktu mengajar. Perbuatan mengajar antara lain meliputi kegiatan guru dalam memakai metode dan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga sanggup mempengaruhi siswa secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dengan demikian RPP sesungguhnya merupakan pegangan guru dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Buku Panduan Penyususanan RPP (BNSP,2006), sebagai berikut:
Selain menciptakan silabus guru wajib menciptakan Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP). RPP pada hakikatnya yaitu proyeksi wacana apa yang harus dilakukan guru pada waktu melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ini berarti RPP merupakan planning perbuatan atau tingkah laris guru pada waktu mengajar. Perbuatan mengajar antara lain meliputi kegiatan guru dalam memakai metode dan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga sanggup mempengaruhi siswa secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dengan demikian RPP sesungguhnya merupakan pegangan guru dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Buku Panduan Penyususanan RPP (BNSP,2006), sebagai berikut:
RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh alasannya itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang pribadi berkait dengan acara pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
Menurut Buku Panduan Penyusunan RPP dari BNSP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk satu Kompetensi Dasar. Artinya, satu kompetensi dasar minimal mempunyai satu RPP. Adapun langkah-langkah dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (BNSP, 2006) yaitu sebagai berikut:
A. Mencantumkan identitas
Pada serpihan ini harus mencantumkan nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan alokasi waktu
B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam planning pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran sanggup terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
C. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yaitu materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.
D. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode sanggup diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi sanggup pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau seni manajemen yang dipilih.
E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, memakai urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh alasannya itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan epilog tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
F. Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan sumber berguru mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber berguru meliputi sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber berguru dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber berguru dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
G. Mencantumkan Penilaian
G. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya sanggup ituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian memakai teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan kiprah rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
Di bawah ini diberikan contoh Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai berikut
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SMP/MTs. : ...................................
Mata Pelajaran : ...................................
Kelas/Semester : ...................................
Standar Kompetensi: ...................................
Kompetensi Dasar : ...................................
Indikator : ...................................
Alokasi Waktu : ..... x 40 menit (… pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Pertemuan 2
dst
E. Sumber Belajar
F. Penilaian
3) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada umum terbagi atas tiga komponen, yakni kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti atau pokok dan kegiatan final atau penutup. Uraian selengkapnya langkah-langkah dari ketiga komponen tersebut adalah:
1) Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilakukan pada awal kegiatan berguru mengajar adalah:
(a) Mengkondisikan berguru siswa; dan
(b) Perkenalan dengan siswa dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada siswa supaya dalam pelaksanaan kegiatan berlangsung lebih akrab.
(c) Apersepsi yakni kegiatan penghubung antara materi pembelajaran yang telah disampaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti guru akan menerapkan model-model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan pendekatan yang digunakan.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan final merupakan tindak lanjut kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh alasannya itu, sebagai final pelaksanaan kegiatan berguru pembelajaran yaitu memperlihatkan tindak lanjut berguru kepada siswa.
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, sanggup disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yaitu pelaksanaan kegiatan membelajarkan siswa supaya mereka bisa memahami materi pelajaran, baik yang disampaikan secara pribadi maupun tidak pribadi sehingga tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar sanggup dikuasai oleh siswa.
4) Penilaian Pembelajaran
Penilaian dalam pembelajaran merupakan umpan balik hasil kegiatan pembelajaran dalam rangka perbaikan setiap komponen acara pembelajaran. Melalui hasil penilaian, guru sanggup mengukur keberhasilan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan acara pembelajaran. Uraian ini diperkuat oleh klarifikasi berikut:
Penilaian dalam proses berguru mengajar berfungsi sebagai alat untuk mengukur tercapaitidaknya tujuan pengajaran. Melalui penilaian sanggup ditetapkan apakah proses tersebut berhasil atau tidak. Kalau berhasil, guru sanggup melanjutkan materi pengajaran pada ahad atau pertemuan berikutnya, tetapi kalau belum berhasil materi yang telah diberikan perlu pengulangan atau pemahaman kembali hingga siswa sanggup menguasainya. (Hidayat, 1995:13)
Selanjutnya, Hidayat (1995:13) juga menjelaskan, bahwa “siswa dikatakan telah berhasil dalam penilaian kalau mencapai taraf penguasaan minimal 75% dari tujuan yang ingin dicapai”. Taraf penguasaan minimal yang dimaksud Hidayat bergotong-royong sama dengan ketentuan BNSP wacana perlu adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Dalam penilaian yang disajikan pada final kegiatan pembelajaran terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu mekanisme penilaian dan alat penilaian. “Prosedur penilaian artinya penetapan bagaimana cara penilaian akan dilakukan. Apakah secara lisan, tertulis, atau tindakan. Sedangkan alat penilaian berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa (Sudjana, 1996:65). Selanjutnya, dalam penyusunan pertanyaan dijelaskan sebagai berikut.
a. Isi pertanyaan harus betul-betul mengungkapkan makna yang terdapat dalam rumusan tujuan instruksional khusus.
b. Kata-kata operasional yang digunakan sebagai titik-tolak rumusan pertanyaan.
c. Setiap pertanyaan yang diajukan harus mempunyai jawaban yang niscaya sehingga dijadikan pegangan dalam memutuskan tercapaitidaknya tujuan instruksional khusus.
d. Banyaknya pertanyaan sekurang-kurangnya sama dengan banyaknya tujuan instruksional khusus.
e. Rumusan pertanyaan harus jelas, tegas, dan dalam bahasa yang gampang dipahami maknanya oleh para siswa sehingga tidak mengakibatkan penafsiran yang berbeda-beda diantara siswa (Sudjana, 1996:65).
Sejalan dengan uraian di atas, Hidayat (1995:92) menjelaskan, bahwa langkah-langkah dalam menyusun penilaian adalah:
a. Menentukan jenis tes yang sesuai dengan TPK, misalnya:
(a) Tes tertulis;
(b) Tes lisan; dan
(c) Tes perbuatan.
Jenis tes yang dipilih haruslah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, tujuan “Siswa sanggup melaksanakan perintah mulut dengan tepat” tentu tidak sanggup diukur dengan tes mulut atau tertulis tetapi harus dengan tes perbuatan.
b. Menyusun pertanyaan atau item tes sesuai dengan jenis dan bentuk tes yang dipilih.
Berkenaan dengan uraian di atas, sanggup disimpulkan bahwa penilaian pembelajaran yaitu umpan balik hasil kegiatan pembelajaran dalam rangka perbaikan setiap komponen acara pembelajaran yang disusun dengan memperhatikan mekanisme dan alat penilaian berdasarkan langkah-langkah penyusun yang telah ditetapkan.
B. Membuat Karangan dan Menggambar dan Games Berbasis ICT sebagai Media Pembelajaran PKN
1) Pengertian Media
Secara bahasa media sanggup diartikan sebagai perantara/pengantar pesan dari pengirim ke akseptor pesan. Dalam kaitannya dengan pengajaran-pembelajaran, media diartikan segala sesuatu yang sanggup menyalurkan pesan dari pengirim ke akseptor pesan sehingga sanggup merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Video, televisi, komputer, diagram, bahan-bahan tercetak, dan hal lain buatan guru sanggup dipandang sebagai media pembelajaran kalau medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran.
Berbagai media yang digunakan untuk pengajaran sanggup diklasifikasikan menyerupai berikut ini:
a) Media visual (media pandang), yang terdiri dari
• Media visual yang tidak diproyeksikan, contohnya foto, diagram, peragaan, dan model.
• Media visual yang diproyeksikan, contohnya slide, filmstrip, overhead transparansi, dan proyeksi komputer.
b) Media audio, contohnya kaset dan compact disk (CD).
c) Media audio-visual, menyerupai video, VCD, DVD.
d) Pengajaran bermedia-komputer, contohnya CAI (Computer Assisted Instruction).
e) Multimedia berbasis komputer.
f) Jaringan komputer, menyerupai internet.
g) Media menyerupai radio dan televisi untuk berguru jarak jauh.
2) Peranan Media
Pada tahun 1964, Edgar Dale membuatkan “kerucut pengalaman”. Kerucut pengalaman itu dimulai dari pebelajar sebagai partisipan dalam pengalaman sesungguhnya, menuju pebelajar sebagai pengamat atas suatu insiden tak pribadi (melalui beberapa medium), dan balasannya pebelajar itu mengamati simbul-simbul yang mewakili insiden itu (Nur, 2000). Dale menyatakan bahwa pebelajar sanggup mengambil manfaat dari kegiatan yang lebih abstrak, asalkan mereka telah membangun sejumlah pengalaman lebih konkrit untuk memaknai penyajian realitas yang lebih ajaib tersebut. Gambar 4-4 memperlihatkan kerucut pengalaman Dale tersebut, disertai rumusan Bruner di sampingnya.
Kerucut pengalaman tersebut memperlihatkan citra bahwa proses pembelajaran dengan cara melaksanakan sendiri dan melihat (fokus pada keterlibatan siswa) lebih besar pengaruhnya dari pada proses mendengarkan. Agar kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada proses keterlibatan siswa maka ketersediaaan media pembelajaran mutlak diperlukan. Berdasarkan kerucut pengalaman tersebut, media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat vital bagi keberhasilan proses pembelajaran.
Kerucut pengalaman tersebut memperlihatkan citra bahwa proses pembelajaran dengan cara melaksanakan sendiri dan melihat (fokus pada keterlibatan siswa) lebih besar pengaruhnya dari pada proses mendengarkan. Agar kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada proses keterlibatan siswa maka ketersediaaan media pembelajaran mutlak diperlukan. Berdasarkan kerucut pengalaman tersebut, media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat vital bagi keberhasilan proses pembelajaran.
3) Membuat Karangan dan Menggambar dan Games Berbasis ICT sebagai Media Pembelajaran PKN
Adapun yang dimaksud menciptakan karangan dalam penelitian ini yaitu kegiatan siswa menciptakan karangan bebas yang berisi impian yang ingin dicapai dan upaya untuk mewujudkan impian tersebut. Kegiatan ini yang divariasikan dengan model pembelajaran questioning dimaksud untuk menanamkan penanaman konsep ideologi negara.
Menggambar di sini dimaksud sebagai kegiatan siswa menciptakan gambar bangunan, rumah dan sejenisnya. Kegiatan ini yang divariasikan dengan model pembelajaran questioning dimaksud untuk menanamkan penanaman konsep dasar negara.
Sedangan game berbasis ICT yaitu permainan kuis melalui media komputer yang berisi pertanyaan-pertanyaan wacana materi pembelajaran PKn. Permainan ini didesain dengan softwear Quizmaker dan Player Macromedia Flash 7.
C. Model Pembelajan Questioning
Model pembelajaran questioning bergotong-royong merupakan pengembangan dari metode pembelajaran tanya jawab. Adapun yang dimaskud metode tanya jawab yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, siswa kepada guru, atau dari siswa kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudirman (1987:120) yang mengartikan bahwa:
“Metode tanya jawab yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi sanggup pula dari siswa kepada guru.”
Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Sudirman (1987:119) bahwa metode tanya jawab ini sanggup dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada banyak sekali sumber berguru menyerupai buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa model questioning yaitu suatu model pembelajaran yang dilakukan dengan mengedepankan pertanyaan-pertanyaan baik yang dibentuk oleh siswa sendiri maupun oleh guru yang bertujuan mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan model questioning dengan baik dan tepat, akan sanggup merangsang minat dan motivasi siswa dalam belajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan model questioning adalah:
1) Materi menarik dan menantang serta mempunyai nilai aplikasi tinggi.
2) Pertanyaan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban).
3) Jawaban pertanyaan itu diperoleh dari penyempurnaan jawaban-jawaban siswa.
4) Dilakukan dengan teknik bertanya yang baik. (Depdikbud, 1996:26).
Adapun manfaat penerapan model questioning dalam sebuah pembelajaran yang produktif berdasarkan buku Panduan CTL Direktorat PLP adalah, untuk
a) menggali informasi, baik manajemen maupun akademis
b) mengecek pemahaman siswa
c) membangkitkan respon kepada siswa
d) mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa
e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siwa
f) menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan;
h) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa tindakan (action) atas rumusan permasalahan yang ditetapkan dalam perencanaan penelitian tindakan kelas.
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu “apabila upaya penerapan stimulus ‘membuat karangan’ dan ‘menggambar’ serta game berbasis ICT dengan penerapan model pembelajaran questioning dalam mata pelajaran PKn khususnya dalam materi latih Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara sanggup berjalan efektif, maka hasil berguru siswa akan meningkat”
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Membahas atau membicara metode penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berarti membahas setting penelitian, persiapan penelitian, siklus penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini.
A. Setting Penelitian
Setting penelitian tindakan kelas ini yaitu sebagai berikut:
1) Lokasi Penelitian : SMPN 1 Cadasari Pandeglang
2) Subyek Penelitian (sampel) : Siswa Kelas VIII A
3) Materi Pelajaran : Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan
Sebagai Dasar Negara
4) Media yang digunakan
a) Karangan yang menceritakan impian seseorang (Penanaman Konsep ideologi)
b) Gambar rumah,bangunan, atau gedung yang kokoh (Penanaman Konsep Dasar Negara
c) Lembaran Kerja
d) Lagu-lagu Nasional
e) Softwear Game Questioning PKn (Game dalam bentuk kuis berbasis ICT sebagai hasil karya pribadi peneliti yang didesain dengan softwear Quizmaker dan Macromedia Flash Player 7)
4) Semester/Tahun Pelajaran : 2007/2008 semester Gasal
5) Lingk. fisik sekolah : pedesaan
6) Latar belakang Sosial Ekonomi
orang renta siswa : menengah ke bawah
7) Kemampuan siswa : sedang
8) Motivasi berguru siswa : rendah
9) Nama Peneliti : Guru Mata Pelajaran PKn
(Aina Mulyana,S.Pd)
10) Mitra Peneliti : Guru PS (Aat Jumiat)
12) Jadwal/waktu kegiatan : Terlampir
B. Persiapan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, oleh karenanya penelitian ini tidak direncanakan semenjak awal, tetapi gres direncanakan sehabis hasil dari proses berguru mengajar dirasakan adanya persoalan (kurang memuaskan). Langkah-langkah persiapan sehabis dirasakan adanya persoalan yang perlu dipecahkan melalui PTK ini adalah:
1) Melakukan studi awal dengan melaksanakan refleksi, yakni kegiatan diskusi dengan beberapa orang guru terkait (terutama kawan peneliti) dengan permasalahan yang ditemukan
2) Membuat planning tindakan, meliputi kegiatan menciptakan planning pembelajaran, dan menciptakan kesepakatan dengan kawan peneliti
C. Siklus Penelitian
Jumlah siklus dalam PTK ini tidak ditentukan semenjak awal, tetapi sangat dipengaruhi oleh data yang diperoleh dan hasil analisisnya. Apabila data yang diperoleh sudah memuaskan untuk menjawab permasalahan penelitian, maka siklus penelitian dianggap selesai
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui obeservasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan kawan peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan kawan peneliti.
Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut yaitu sebagai berikut:
a) Observasi dan catatan data lapangan
Observasi dalam kegiatan PTK merupakan kegiatan pengamatan terhadap acara yang dilakukan guru (peneliti) selama melaksanakan kegiatan berguru mengajar di kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat yang dalam hal ini yaitu kawan peneliti (Aat Jumiat, S.Ag).
Bentuk kegiatan observasi yang dilakukan dalam PTK ini memakai model observasi terbuka. Adapaun yang dimaksud observasi terbuka yaitu apabila pengamat atau observer melaksanakan pengamatannya dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas.
Hasil pengamatan dari kawan peneliti selanjutnya dijadikan catatan data lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof Dr. Rochiati Wiriaatmaja (2005:125) yang menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini (PTK) yaitu catatan lapangan (field notes) yang dibentuk oleh peneliti/mitra peneliti yang melaksanakan pengamatan atau observasi”.
b) Wawancara
Wawancara berdasarkan Denzin dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:117) yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap sanggup memperlihatkan informasi atau klarifikasi hal-hal yang dipandang perlu.
Dalam PTK ini kegiatan wawancara dilakukan oleh peneliti dan dibantu kawan peneliti kepada beberapa orang siswa (sebagai sampel) yang terlibat dalam kegiatan PTK ini.
c) Hasil tes
Hasil tes yang dimaksud yaitu hasil berupa nilai yang diperoleh melalui ujian post tes. Hasil ini sanggup dijadikan materi perbandingan antara hasil post tes terdahulu dengan hasil post tes sebelumnya.
d) Catatan hasil refleksi
Adapaun yang dimaksud catatan hasil refleksi yaitu catatan yang yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dan kawan peneliti. Hasil refleksi ini selain dijadikan materi dalam penyusunan planning tindakan selanjutnuya juga sanggup digunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam PTK ini dilakukan semenjak awal, artinya analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:139) bahwa “…. the ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them form the beginning”. Ini berarti model ideal dari pengumpulan data dan analisis yaitu yang secara bergantian berlangsung semenjak awal.
Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melaksanakan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada ketika mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya. Gambaran hasil pelaksanaan refleksi tersebut dibentuk dalam bentuk matrik supaya terlihat lebih terperinci dan gampang dipahami secara substansif.
Berikut contoh matriks yang akan digunakan:
Tabel
CONTOH MATRIK ANALISIS DATA
Siklus Ke …….
Teknik Pengumpulan Data Deskripsi pelaksanaan
dan hasil yang diperoleh Analisis – Refleksi
Observasi
Wawancara
Hasil Tes
Kolom deskrispi pelaksanaan dan hasil yang diperoleh akan diisi data berupa desksripsi pelaksanaan kegiatan observasi itu sendiri (terutama hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya) dan berupa data hasil dari pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dengan teknik tersebut. Sedangkan kolom analisis dan refleksi diisi dengan data hasil refleksi dan analisis yang dilakukan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dan kawan peneliti.
F. Teknik Uji Validitas
Sebagaimana penelitian tindakan, uji validitas dalam PTK ini condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna pribadi dan lokal dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson, 1986, dalam Suwarsih Madya, 2007)
Kriteria yang digunakan untuk mengukur validasi PTK ini didasarkan pendapat Suwarsih Madya (2007) yakni validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis.
a) Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan banyak sekali suara/pendapat. Dalam PTK ini, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kawan peneliti dan siswa yang masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung.
b) Validitas Hasil mengandung makna bahwa PTK ini sanggup membawa hasil yang bermanfaat, yakni bisa memecahkan permasalahan yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan berguru mengajar.
c) Validitas Proses mengandung makna bahwa selama berlangsungnya PTK peneliti dan kawan peneliti berusaha terus berguru dari proses tindakan, mencoba mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga sanggup melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya.
d) Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang dicapai selama melaksanakan kegiatan PTK dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman peneliti dan murid-murid terhadap kiprah masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai jawaban dari perubahan ini.
e) Validitas Dialogik mengandung makna bahwa selama berlangsungnya PTK, proses dan hasil yang diperoleh didiskusikan dengan kawan peneliti, guru lain, lembaga MGMP dan bahkan direncanakan untuk dipublikasikan di media masa.
Teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan validitas PTK ini yaitu dengan memakai teknik trianggulasi, yakni penggunaan metode ganda dan perspektif kawan peneliti untuk memperoleh citra kaya yang lebih objektif. Sesuai dengan pendapat Burns (Suwarsih Madya, 2007) ada 4 jenis trianggulasi yang coba diterapka dalam PTK ini, yakni trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi teoretis.
a) Trianggulasi waktu sanggup dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa imbas sikap tertentu bukan hanya suatu kebetulan.
b) Trianggulasi ruang sanggup dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang berbeda.
c) Trianggulasi peneliti sanggup dilakukan dengan pengumpulan data yang sama oleh beberapa peneliti hingga diperoleh data yang relatif konstan.
d) Trianggulasi teoretis sanggup dilakukan dengan memaknai tanda-tanda sikap tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait.
Selengkapnya sanggup anda download pada PTK Kelas VIII